Beranda | Artikel
Bermain Adalah Kebutuhan Anak
Rabu, 26 Juli 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen

Bermain Adalah Kebutuhan Anak ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 07 Dzulhijjah 1444 H / 26 Juni 2023 M.

Kajian Tentang Bermain Adalah Kebutuhan Anak

Kita terkadang merasa jenuh ketika aktivitas rutin hariannya itu-itu saja. Hal ini karena kita mengabaikan sesuatu yang namanya refreshing. Ini terjadi pada orang dewasa yang akalnya sudah sempurna. Apalagi orang yang akalnya belum sempurna seperti anak-anak.

Kalau orang dewasa yang akalnya sudah sempurna saja sangat mungkin terjangkiti kejenuhan dan kebosanan, apalagi anak-anak kecil yang akalnya belum sempurna, mereka lebih berpotensi untuk mengalami kejenuhan.

Anak kecil yang tantrum bisa jadi adalah ekspresi dari sebuah kejenuhan dan kebosanan. Karena anak kecil itu akalnya belum sempurna, maka dia belum bisa mengekspresikan kebosanannya dengan cara yang lebih elegan.

Maka pahami bahwa anak punya potensi untuk bosan dan jenuh. Yaitu terutama ketika kebutuhannya tidak terpenuhi.

Salah satu kebutuhan anak yang kalau tidak dipenuhi maka anak bisa jenuh, bosan bahkan tantrum adalah kebutuhan bermain.

Bukti bermain merupakan kebutuhan anak adalah bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat memperhatikan terpenuhinya kebutuhan itu bagi anak kecil. Bukan hanya memaklumi anak-anak yang punya mainan, bahkan beliau sendiri bermain dengan mereka.

Terkait dengan mainan, Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menceritakan, “Angin berhembus hingga menyingkap ujung tirai raknya, hingga terlihatlah boneka-boneka miliknya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya, “Apa itu wahai Aisyah?”. Ia menjawab, “Bonekaku”. Nabi melihat di antara boneka itu terdapat boneka kuda dari kain perca yang memiliki sepasang sayap. Beliau bertanya lagi, “Boneka apa itu yang ada di tengah?”. Aisyah menjawab, “Boneka kuda”. Nabi berkata, “Apa yang ada padanya?”. Aisyah menjawab, “Sepasang sayap”. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, “Koq kuda memiliki sepasang sayap?”. Aisyah menjawab, “Tidakkah engkau mendengar bahwa Nabi Sulaiman ‘alaihis salam memiliki kuda yang bersayap?”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun tertawa (lebar) saat mendengarnya, hingga aku bisa melihat gigi geraham beliau”. (HR. Abu Dawud dan dinilai sahih oleh al-Albaniy)

Beliau juga menghibur seorang anak kecil bernama Abu Umair, saat mainannya berupa burung kecil mati. (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak cukup sekedar memastikan anak kecil memiliki mainan, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri bermain dengan anak kecil. Ya’la bin Murrah Radhiyallahu ‘Anhu menceritakan:

“Suatu hari kami pernah keluar bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Di tengah jalan kami diundang menghadiri jamuan makan. Ternyata Husain Radhiyallahu ‘Anhu sedang bermain di jalan. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bergegas mendahului kami lalu membentangkan kedua tangannya. Anak kecil tersebut berlari ke sana ke mari. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencandainya dan membuatnya tertawa. Hingga beliau berhasil menangkapnya”. (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dan dinilai hasan oleh al-Albaniy)

Lihat juga: Bermain dengan Anak

Catatan penting tentang permainan anak

Pertama: Pilihlah permainan yang minim dampak negatifnya

Di zaman ini banyak sekali permainan dan mainan yang lebih dominan efek buruknya dibanding efek positifnya. Contohnya: Play Stasion, game online, menghabiskan waktu dengan HP dan yang semisalnya. Permainan seperti ini tentunya harus dihindari. Berilah alternatif permainan lain yang tidak sekedar menyenangkan, namun juga menyehatkan dan tidak menguras kantong orang tua.

Kedua: Ada saatnya bermain dan ada saatnya belajar

Tidak benar membiarkan bermain sepanjang hari. Atau sebaliknya memforsirnya untuk terus menerus belajar. Namun anak perlu dibiasakan membagi waktu dengan baik. Kejenuhan, ketidaktertarikan belajar, tidak bisa diam dan ketidakfokusan belajar pada anak kecil, sangat mungkin terjadi. Kita justru berusaha mengajarkan kepada mereka, bagaimana melewati semua itu menuju keseriusan belajar sesungguhnya. Kita perlu memberikan kejelasan kapan saatnya serius belajar, dan kapan saatnya bermain.

Contoh sederhana: Ketika jam bermain, biarkanlah anak melakukan aktifitas bermain. Bahkan akan baik sekali bila orang tua ikut terlibat dalam permainan mereka. Tapi saat mereka memulai sebuah pembelajaran, maka saat itu keseriusan ditunjukkan oleh orang tua, sekaligus terus diingatkan pada anak. Selain itu di setiap pembelajaran perlu ada waktu istirahat perpindahan dari pembelajaran satu ke pembelajaran lain. Di momen itu, anak bisa mengekspresikan keinginan bermainnya beberapa saat.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53065-bermain-adalah-kebutuhan-anak/